Kisah Pemilik Selendang
KISAH PEMILIK SELENDANG
Imam Bukhari rahimahullah telah meriwayatkan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ أَسْلَمَتْ امْرَأَةٌ سَوْدَاءُ لِبَعْضِ الْعَرَبِ وَكَانَ لَهَا حِفْشٌ فِي الْمَسْجِدِ قَالَتْ فَكَانَتْ تَأْتِينَا فَتَحَدَّثُ عِنْدَنَا فَإِذَا فَرَغَتْ مِنْ حَدِيثِهَا قَالَتْ وَيَوْمُ الْوِشَاحِ مِنْ تَعَاجِيبِ رَبِّنَا أَلَا إِنَّهُ مِنْ بَلْدَةِ الْكُفْرِ أَنْجَانِي فَلَمَّا أَكْثَرَتْ قَالَتْ لَهَا عَائِشَةُ وَمَا يَوْمُ الْوِشَاحِ قَالَتْ خَرَجَتْ جُوَيْرِيَةٌ لِبَعْضِ أَهْلِي وَعَلَيْهَا وِشَاحٌ مِنْ أَدَمٍ فَسَقَطَ مِنْهَا فَانْحَطَّتْ عَلَيْهِ الْحُدَيَّا وَهِيَ تَحْسِبُهُ لَحْمًا فَأَخَذَتْهُ فَاتَّهَمُونِي بِهِ فَعَذَّبُونِي حَتَّى بَلَغَ مِنْ أَمْرِي أَنَّهُمْ طَلَبُوا فِي قُبُلِي فَبَيْنَاهُمْ حَوْلِي وَأَنَا فِي كَرْبِي إِذْ أَقْبَلَتْ الْحُدَيَّا حَتَّى وَازَتْ بِرُءُوسِنَا ثُمَّ أَلْقَتْهُ فَأَخَذُوهُ فَقُلْتُ لَهُمْ هَذَا الَّذِي اتَّهَمْتُمُونِي بِهِ وَأَنَا مِنْهُ بَرِيئَةٌ
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata; Ada seorang wanita berkulit hitam yang bekerja dengan beberapa orang Arab yang telah masuk Islam. Wanita itu memiliki rumah kecil lagi sempit di dekat masjid. ‘Aisyah radliallahu ‘anha melanjutkan; Dia pernah datang lalu bercerita di hadapan kami. Jika telah selesai dari ceritanya dia bersya’ir;
Peristiwa selendang adalah salah satu dari keajaiban Rabb kami. Sungguh peristiwa itu terjadi di negeri kafir yang kemudian Allah menyelamatkan aku.
Tatkala dia terus saja bersya’ir, ‘Aisyah bertanya kepadanya; “Apakah hari selendang itu?”. Wanita itu berkata; “Pernah ada seorang anak wanita keluar kepada sebagian keluargaku dengan membawa selendang yang terbuat dari kulit. Kemudian selendang tersebut terjatuh darinya, tiba-tiba seekor burung menyambar dan mengambilnya karena mengira selendang itu daging. Tetapi orang-orang menuduh aku dan menyiksa aku hingga mereka menggeladahku dari bagian depanku. Ketika mereka berada di sekelilingku dan aku dalam keadaan gundah tiba-tiba burung itu datang dan dan berputar-putar di atas kepala kami, kemudian melemparkannya. Orang-orang pun mengambil selendang tersebut. Maka aku berkata kepada mereka; Itulah yang kalian tuduhkan kepadaku padahal aku berlepas diri dari tuduhan itu [HR Bukhari 3548]
Imam Bukhari rahimahullah telah meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata, “Seorang wanita hitam milik salah seorang penduduk Arab masuk Islam. Dia memiliki tempat bermalam di masjid. Dia biasanya berbincang-bincang dengan kami. Jika selesai, dia membaca sebuah syair:
Hari saat selendang menunjukkan keagungan Tuhan kami
Dengan itu, aku selamat dari negeri kufur
Ketika syair itu sering dia bacakan, maka Aisyah radhiallahu anha bertanya kepadanya, “Apakah hari selendang itu?” Dia berkata, “Suatu hari anak-anak tuanku pergi dengan membawa selendang dari kulit. Kemudian selendang itu disambar burung gagak yang menyangkanya sebagai daging. Lalu dia membawanya pergi. Ternyata mereka menuduhku mencuri selendang tersebut. Lalu mereka menyiksaku hingga taraf mereka memeriksa qubul aku. Ketika mereka di sekitar aku yang sangat menderita, tiba-tiba burung gagak itu datang dan menjatuhkan selendang itu di atas kepala kami, lalu mereka mengambilnya. Maka aku katakan kepada mereka, “Itulah yang kalian tuduh aku mencurinya, sedangkan aku bebas dari perbuatan tersebut.” [HR. Bukhari, Fathul Bari, no. 3835]
Pelajaran dari cerita tersebut:
1. Dalam hadits terdapat pelajaran manfaat keluar dari negeri yang seseorang mendapatkan cobaan di dalamnya. Dengan harapan, di negeri yang baru dia mendapatkan suasana lebih baik sebagaimana yang terjadi pada wanita tersebut.
Sebagaimana hal itu Allah kabarkan,
ومن يهاجر في سبيل الله يجد في الأرض مراغماً كثيراً وسعة
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak.” [An-Nisa/4: 100]
2. Doa orang yang dizalimi itu dikabulkan, walaupun dia kafir. Karena berdasarkan susunan cerita, dia baru menyatakan masuk Islam setelah dirinya berada di Madinah.
3. Dibolehkan menginap dan tidur siang bagi orang yang tidak memiliki tempat tinggal, baik laki-laki maupun perempuan dengan syarat aman dari fitnah. Boleh juga menggunakan naungan di masjid seperti kemah dan semacamnya.
Disalin dari islamqa
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3507-kisah-pemilik-selendang.html